Breaking

NASIHAT SYAIKH IBNU AL ‘UTSAIMIN TENTANG PERNIKAHAN


Sebuah anugerah besar ketika seorang suami memiliki istri yang cantik secara fisik, berakhlak mulia, memiliki hati yang bersih, serta senantiasa membuat pasangannya bahagia. Ketika Allah mentakdirkan kita dengan keadaan lahir yang biasa-biasa saja bersyukurlah karena nilai utama seorang insan terletak pada hati dan baiknya amal. Sebagaimana wasiat beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak pula kekayaan kalian, akan tetapi yang Allah lihat adalah hati dan amal kalian” (HR. Muslim).

Seorang pria sah-sah saja mengidamkan calon istri yang cantik, kaya, memiliki nasab baik, hafal Al-Qur’an dan berbagai kriteria ideal lainnya. Tapi barometer utamanya tetap faktor agama karena inilah titik poin utama sekaligus modal berharga untuk meraih bahagia dunia dan akhirat.

Seorang suami yang shalih tentunya berharap memiliki pendamping hidup yang shalihah, taat pada Allah, mampu membahagiakan suami, kasih sayang dan mencintai anak-anaknya. Wanita yang memiliki berbagai kriteria kebaikan, cerdas serta mampu membersamai suami dan anak-anaknya menuju jannah.

Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Aktsam bin Shairi radhiyallaah ‘anhu pernah berwasiat kepada kaumnya, diantaranya ia mengatakan: “Ku wasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah dan menyambung tali silaturahmi. Dengan keduanya akar (keimanan) akan selalu tegak dan cabangnya tak akan bengkok. Hati-hatilah kalian jangan sampai menikahi wanita yang dungu, karena hidup bersamanya adalah kenistaan”.(Ma’rifatus Shahabah karya Abu Nu`aim Al-Ashbahani, 3/385).

Wanita yang dungu dan melalaikan petunjukNya hanya akan membuat suami repot, mereka sukar dididik dan diarahkan kepada kebenaran. Karena sosok istri akan sangat menentukan warna anak di masa depan. Dan figur istri yang taat pada Allah insyaallah akan selalu memotivasi suami untuk selalu menempuh jalan ketaqwaan dalam berbagai kondisi dan ia akan menguatkan keimanan suami ketika menghadapi berbagai rintangan hidup.


Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan:

“Tujuan menikah itu adalah untuk bersenang-senang dengan istri, membangun keluarga yang shalihah dan masyarakat yang selamat. Atas dasar hal ini maka wanita yang layak dinikahi adalah yang bisa mewujudkan dua tujuan tersebut, yaitu wanita yang memiliki kecantikan lahir dan kesempurnaan fisik, karena apabila seorang wanita itu cantik parasnya dan baik tutur katanya, hati akan terbuka, dada akan terasa lapang dan jiwa akan merasa senang sehingga akan terwujud firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar-Rum : 21).

Adapun kecantikan batin adalah kesempurnaan agama dan akhlak. Semakin taat seorang wanita dalam agama dan semakin sempurna akhlaknya, maka akan semakin dicintai oleh jiwa. Wanita yang taat beragama, melaksanakan perintah Allah dan menjaga hak-hak suami, hak ranjang, anak-anak maupun hartanya, membantu suami dalam menaati Allah, jika suami lupa ia akan mengingatkannya dan apabila suami malas ia memompa semangatnya dan apabila suami marah ia akan berusaha membuatnya tenang. Apabila mungkin untuk mendapatkan wanita yang cantik lahir dan batinnya maka inilah kesempurnaan dan kebahagiaan” (Az-Zawaj, hal. 8).

No comments:

Post a Comment